Suatu Hari di Pulau Merah

Hari mulai gelap saat aku mencapai bibir pantai berpasir putih itu, segala sumpah serapah akibat jalanan berlubang dan bergelombang sepanjang perjalanan terlupakan sudah. Angin yang bertiup kencang dari arah samudra seakan mencerabutku dari keseharian hidup yang sebagian besar membosankan. Garis cahaya tipis terlihat di cakrawala, sesaat lagi langit akan resmi terselimuti gelap, pertanda aku harus bergegas mendirikan tenda dan mengeluarkan perbekalan.

Red Island Reflection (photo by Badra)

Sebenarnya ini adalah kali keduaku mengunjungi Pulau Merah sejak kunjungan pertama saat balita bersama kedua orang tua, kenangan yang masih melekat di dalam keluarga kami karena sebuah insiden yang nyaris saja merenggut ibu ke kedalaman laut. Syukurlah insiden itu tidak berujung buruk, dan ibu masih sehat sampai saat ini dan masih mau sekali-sekali aku ajak melihat laut meski beliau sangat anti untuk menyentuh airnya :).
 Malam itu sungguh sulit untuk memejamkan mata, entah karena sudah tidak sabar untuk surfing di pantai cantik ini atau karena motor trail milik aparat keamanan perusahaan pertambangan emas PT. INM yang selalu hilir mudik di dekat tenda, entah karena memang rute patrolinya atau memang disengaja untuk "mengusik".

Pagi hari tiba dengan sangat lambat, aku beringsut keluar dari tenda dan melihat jajaran ombak yang pecah di pantai seakan menunggu untuk dipeluk. Sarapan cepat, sikat gigi tanpa mandi dan papanku pun segera meluncur diantara ombak. Segera aku menemukan point favoritku tepat di sisi barat bukit Pulau Merah, sebuah ombak kanan yang cukup konsisten dan sangat menyenangkan untuk belajar cutback, snap bahkan aerial karena terkadang ombak itu berakhir dengan tutupan di sebelah kanan sehingga bisa menjadi semacam superbowl untuk loncat dan terbang...wuzzz.
Mystical Red Island (photo by Inardi Sukadis)

Secara umum karakter ombak sangat tepat untuk pemula, dengan power yang tidak terlalu besar sehingga terkadang papan harus digenjot untuk menambah momentum dan akselerasi, namun semakin ke barat kita bisa mendapatkan ombak yang lebih pesar dan lebih powerfull tapi menurutku kurang konsisten sehingga membutuhkan surfer yang terlatih untuk membaca dan memilih ombak agar bisa mendapatkan ombak yang sempurna untuk berbagai trik radikal.

Surfing sepanjang hari tanpa ada surfer lain dalam radius ratusan mil, berjemur di pasir putih yang lembut dan bersih, aku seperti berada di surga impian banyak manusia di planet yang mulai familier dengan deru mesin dan kungkungan gedung yang pongah.

Pasir putih, ombak kehijauan nan cantik siapa yang tidak tergoda?


*Pantai Pulau Merah berada di Kecamatan Simber Agung Kabupaten Banyuwangi

Watu Karung, Saat Degup Jantung Terdengar

Edo membalik papan surfing di atas rak, kemudian ia mendekatkan wajahnya ke beberapa bagian papan, mengamati dengan seksama. Sesaat kemudian dia bekerja dengan penuh kehati-hatian menambal setiap retakan dan lubang di atas papan. Pita perekat, pemotong, serat kaca dan resin adalah rekan kerjanya pagi itu, sedangkan aku duduk di belakang, melihatnya bekerja sambil mendengarkan alunan musik alternative dari iPod. Jam sudah menunjukkan pukul 11.30, Edo segera membereskan peralatan kerjanya, dan setengah berlari mengambil papan surfing. Hari ini kami akan surfing di Watu Karung karena menurut Edo ini adalah waktu terbaik untuk surfing disana sedangkan menurutku ini gila

Memahami Arti Terbenamnya Matahari di Payangan

33 Km selatan kota Jember, sebuah desa nelayan yang sangat khas dengan bau amis ikan asin dan-tentu saja-sanitasi yang buruk, sangat sulit menemukan rumah yang dilengkapi dengan toilet di dalamnya, kebutuhan air tawar dipenuhi dari sumur-sumur resapan milik warga yang cenderung payau dan menjadi asin saat musim kemarau tiba.

Bersama Ikhsan Muhammad, di atas bukit Sroyo    photo: Ikhsan
Bicara tentang bentang alam, desa ini berada di sebuah semenanjung kecil, diapit Samudera Hindia di sisi barat dan selatan serta muara sungai Mayang di sisi timur.5 bukit besar Sroyo, Wedhus, dan tiga bukit lainnya berdiri kokoh mengelilingi desa berbatasan langsung dengan laut seakan menjadi benteng alami dari terjangan gelombang Samudera Hindia. Bekas tempat pengintaian bala tentara jepang berada di semua bukit itu, sepertinya Jepang begitu cepat membangun pertahanan di sepanjang pesisir selatan pulau jawa, mungkin karena sisi itu berhadapan

Prelude

Walking at sunset   photo: Ikhsan
Manusia ditakdirkan untuk mengembara, kita mampu melakukan pengembaraan jauh melampaui semua makhluk di muka bumi ini. Sejak diturunkan di muka bumi, Adam dan Hawa sengaja dipisahkan agar mereka berdua menguasai kemampuan dasar untuk bisa bertahan hidup di bumi yaitu "berpindah tempat" dan "mencari", kemampuan yang tidak pernah